Thursday 7 March 2019

Profil dan Biodata Ebiet G Ade

Halo sobat, pada kesempatan kali ini kami akan menampilkan profil atau biodata dari salah satu penyanyi senior yang terkenal dengan lagu-lagu balada nya, siapakah dia? Yups dia adalah Ebiet G Ade yang bernama asli Abid Ghoffar bin Aboe Dja"faratau. Ebiet G. Ade lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 21 April 1954. Ebiet adalah seorang penyanyi dan juga penulis lagu. Ia dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal kariernya, ia memotret suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang.Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetapi ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dan lain-lain. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari Desayang ditulis oleh Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Ebiet merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain. Sebelum menjadi penyanyi, ia sempat memendam banyak cita-
cita, seperti insinyur, dokter , pelukis dan semuanya melenceng, Ebiet malah jadi
penyanyi kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan. Setelah lulus SD , Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Tapi ia tidak betah, lalu pindah ke Yogyakarta. Di sana, ia bersekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Di sana ia aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia). Namun, ia
tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada karena ketiadaan biaya. Ia lebih
memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi, Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 

Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA . Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin
karena mereka mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaus merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya
digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G.
Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far. Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman
muda Yogyakarta pada tahun 1971 . Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas ( cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi semacam rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.
Meski bisa membuat puisi , ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekadar mendeklamasikan puisi. Dari
ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-
puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari
teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya. 

Ebiet G Ade pertamakali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini . Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu
Paranggi ) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara.
Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979. Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa
Jepang , ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana. Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman . Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya. Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasanah musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983 . Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah. Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar industri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono , Billy J. Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening
Embun (didukung oleh Adi Adrian dari KLa Project ). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang
(didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo ). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Dwiki Darmawan dan Kiwir. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung
oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan. biet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi yang terilhami oleh alam, sosial,
ketuhanan dan kemanusiaan sehingga wajar ada beberapa lagunya yang terinspirasi oleh bencana alam, sehingga lagu-lagunya sering menjadi tema bencana. Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed ), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama. 

Memang sebagian besar lagu Ebiet G Ade bertemakan bencana, pada bulan Juni 1978, ia menulis "Berita Kepada Kawan " setelah bencana gas beracun di Dataran Tinggi Dieng. Pada tahun 1981, ia menulis " Sebuah Tragedi 1981" mengenai tenggelamnya KMP 
Tampomas II di Kepulauan Masalembu. Setelah letusan Gunung Galunggung pada 1982, ia menulis "Untuk Kita
Renungkan". Lagu " Masih Ada Waktu" didasarkan saat kejadian kecelakaan kereta api Bintaro.

Mengenai kehidupan keluarganya, Ebiet menikah dengan Koespudji Rahayu
Sugianto (atau lebih dikenal sebagai Yayuk Sugianto, kakak penyanyi Iis Sugianto) pada tanggal 4 Februari 1982, ia dikaruniai 4 anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan. Keempat anaknya tersebut adalah Abietyasakti "Abie" Ksatria Kinasih (lahir 8 Desember 1982 ), Aderaprabu "Adera" Lantip
Trengginas (lahir 6 Januari 1986) Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih (lahir 6 April 1987) dan Segara "Dega" Banyu Bening (lahir 11 Desember 1989). Mereka bertempat tinggal di kawasan Ciganjur, Jagakarsa , Jakarta Selatan. Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam mengecek sound system menjelang ayahnya manggung. Anak keduanya pun sudah merambah ke
dunia musik, dan dikenal dengan nama panggung Adera Ega.  

Sementara itu mengenai album dan lagu, tidak seluruh album yang dikeluarkan Ebiet G. Ade berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, ia sering
mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Dan
pada tahun-tahun terakhir Ebiet banyak memilih berkolaborasi dengan musisi-musisi berbakat. Jumlah album kompilasi yang dikeluarkan melebihi album studionya. Sejauh ini terdapat sedikitnya 25 album kompilasinya yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekaman. 

Berikut ini adalah daftar Album dan lagu dari Ebiet G Ade :
ALBUM STUDIO
Camellia I (1979)
Camellia II (1979)
Camellia III ( 1980 )
Camellia 4 (1980)
Langkah Berikutnya (1982)
Tokoh-Tokoh (1982)
1984 (1984)
Zaman (1985)
Isyu! (1986)
Menjaring Matahari (1987)
Sketsa Rembulan Emas (1988)
Seraut Wajah (1990)
Kupu-Kupu Kertas (1995)
Cinta Sebening Embun (1995)
Aku Ingin Pulang (1996)
Gamelan ( 1998)
Balada Sinetron Cinta (2000)
Bahasa Langit (2001)
In Love: 25th Anniversary (2007)
Masih Ada Waktu ( 2008 )
Tembang Country 2 ( 2009 )
Serenade ( 2013 ). 

ALBUM KOMPILASI
Lagu-Lagu Terbaik I Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik II Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik III Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik IV Ebiet G. Ade (1987)
20 Lagu Terpopuler Ebiet G. Ade (1988)
Perjalanan Vol. I (1988)
Perjalanan Vol. II (1988)
Seleksi Album Emas (1990)
Seleksi Album Emas II (1994)
16 Lagu Puisi Cinta Ebiet G. Ade (1995)
Kumpulan Lagu-Lagu Religius (1996)
Hidupku MilikMu - Kumpulan Lagu-Lagu Religius Vol. II (1996)
21 Tembang Puisi Dan Kehidupan (1996)
20 Lagu Terpopuler (1997)
Lagu-Lagu Terbaik (1997)
Renungan Reformasi (1997)
16 Koleksi Terlengkap Ebiet G. Ade (1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade
(1979-1986; 1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade Volume II (1979-1986; 1997)
Ilham Seni (1998)
Best of the Best (1999)
Akustik (2001)
Balada Country (2002)
M. Nasir vs Ebiet G. Ade - Penyair Nusantara (2002)
Nyanyian Cinta (2003)
Tembang Renungan Hati (2003)
Tembang Slow (2004)
Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004)
22 Lagu Hits Sepanjang Masa (2005 )
Yogyakarta ( 2006 )
Tembang Cantik (2006). 

LAGU DARI ALBUM LAIN
Untuk Anakku Tercinta (1982) dalam Album "ASEAN Pop Song Festival ke 2".
Surat Dari Desa ( 1987 ) dalam album "Lomba Cipta Lagu Pembangunan 1987 "ditulis oleh Oding Arnaldi.
Berita kepada Kawan (1995; versi duet dengan M. Nasir)
Mengarungi Keberkahan Tuhan
(2007; ditulis bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ) dalam Album "Rinduku Padamu". 

Sementara itu berbagai Penghargaan juga telah banyak didapat oleh Ebiet G Ade, berikut ini adalah daftarnya:
* 18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record dan label lainnya dari album Camellia I hingga Isyu! 
* Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI (1979-1984)
* Pencipta Lagu Kesayangan Angket Musica Indonesia (1980-1985) 
* Penghargaan Diskotek Indonesia (1981)
* 10 Lagu Terbaik ASIRI (1980-1981)
* Penghargaan Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987)
* Penyanyi kesayangan Siaran Radio ABRI (1989- 1992)
* BASF Awards ( 1984 - 1988 )
* Penyanyi solo dan balada terbaik
* Anugerah Musik Indonesia (1997 ) 
* Lagu Terbaik AMI Sharp Award (2000)
* Planet Muzik Awards dari Singapura (2002)
* Penghargaan Lingkungan Hidup (2005)
* Duta Lingkungan Hidup (2006)
* Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia Muda (2006)
* Sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga independen.  

Demikianlah postingan dari kami mengenai profil dan biodata penyanyi senior legendaris Ebiet G Ade.